Selamat Datang

Ilmu Lingkungan adalah blog yang dibuat untuk mendukung mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Undana yang sedang mengambil mata kuliah Ilmu Lingkungan untuk mengikuti perkuliahan dengan metode blended learning dengan cara menyajikan materi kuliah yang dapat diakses secara daring (online). Materi kuliah disajikan secara ringkas disertai dengan tautan ke file PDF yang menyajikan uraian lebih rinci dan tautan ke halaman eksternal yang perlu dijelajah untuk memperkaya materi kuliah. Mahasiswa peserta kuliah diwajibkan untuk melakukan registrasi mengikuti perkuliahan. Mahasiswa peserta kuliah diwajibkan aktif menyampaikan komentar dan pertanyaan pada bagian bawah setiap materi kuliah.

Monday, December 9, 2019

14. Mempelajari Kondisi, Mengidentifikasi Permasalahan, dan Melakukan Pengelolaan Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya Lingkungan Lahan Kering Kepuluan: Apa yang perlu diprioritaskan?

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang sebagian besar wilayahnya merupakan lahan kering. Dalam hal ini, lahan kering didefinisikan sebagai wilayah dengan indeks keringkaian (aridity index) dalam kisaran 0 sampai 0,65 dan dengan tutupan vegetasi savana (savanna vegetation cover). Tapi NTT merupakan wilayah lahan kering bukan hanya dari segi indeks kerangkaian atau tutupan vegetasi savana. NTT merupakan lahan kering juga dari berbagai aspek sosial-ekonomi-budaya. Aspek sosial-ekonomi budaya apa saja yang mendeterminasi NTT sebagai lahan kering? Permasalahan lingkungan apa yang kemudian timbul dari aspek sosial-ekonomi-budaya tersebut? Dan bagaimana permasalahan lingkungan yang terjadi seharusnya dikelola? Tulisan singkat ini mengantarkan Anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, bukan untuk memberikan jawaban.

14.1. MATERI KULIAH

14.1.1. Membaca Materi Kuliah
Secara internasional, lahan kering (drylands) didefinisikan berdasarkan indeks keringkaian (aridity index) suatu kawasan. Pada awalnya, digunakan persamaan menurut UNCOD Secretariat (1977) untuk menghitung indeks keringkaian: AIB=100*R/LP; di mana AIB=ideks keringkaian menurut Mikhail Ivanovich Budyko, R=radiasi neto tahunan rata-rata, L=panas laten penguapan air, dan P=presipitasi tahunan rata-rata. Kemudian, untuk menyiapkan UNEP World Atlas of Desertification 1992 (klik untuk mengunduh buku gratis), Middleton & Thomas (1992) menggunakan indeks keringkaian dengan persamaan: AIU=P/PET; di mana AIU=indeks keringkaian menurut UNEP, P=presipitasi tahunan dan PET=evapotranspirasi potensial tahunan. Kawasan dengan indeks keringkaian AIU<0,65 selanjutnya dipilah oleh Middleton & Thomas (1992) menjadi kategori keringkaian sebagai berikut: (1) sub-lembab kering (dry sub-humid), 0,50≤AIU<0,65; (2) semi-ringkai (semi-arid), 0,20≤AIU<0,50; (3) ringkai (arid), 0,05≤AIU<0,20; dan (4) hiper-ringkai (hyper-arid), AIU<0,05, dengan sebaran global sebagaimana disajikan pada peta Gambar 14.1. AIU dalam persamaan di atas selanjutnya lebih dikenal sebagai indeks keringkaian (aridity index, AI). Berdasarkan atas kategori keringkaian tersebut, lahan kering dunia didefinisikan sebagai berikut:
  1. UNCCD (1994) mendefinisikan lahan kering secara fisik sebagai kawasan dengan indeks keringkaian 0,05<AI<0,65; mencakup kategori keringkaian sub-lembab kering sampai kategori ringkai dengan luas total 41.5% dari luas total daratan dunia; dan
  2. UNCBD (1999) mendefinisikan lahan kering: (a) secara fisik sebagai kawasan dengan indeks keringkaian AI<0,65; mencakup seluruh kategori keringkaian, dan (b) secara ekologis mencakup kawasan ekosistem mediterania, padang rumput, dan savana di kawasan dengan indeks keringkaian AI≥0,65.
Definisi lahan kering menurut UNCCD tersebut didasarkan pada konteks lingkungan fisik-kimia-hayati. Bagaimana lahan kering didefinisikan dalam konteks sosial-ekonomi-budaya?

Gambar 14.1. Peta sebaran kategori lahan kering dunia berdasarkan kategori indeks keringkaian. Nusa Tenggara (NTB, NTT, dan Maluku Bagian Selatan) merupakan satu-satunya lahan kering kepulauan di dunia dalam kategory sub-lembab kering. Sumber: Millenium Ecosystem Assessment (2005)

Penduduk NTT berbicara menggunakan berbagai bahasa daerah yang tergolong dalam dua famili bahasa yang berbeda, yaitu famili bahasa-bahasa Austronesia dan famili bahas-bahasa Papua. Karena bahasa daerah merupakan identitas kelompok etnik maka bahasa daerah yang berbeda mengindikasikan kelompok etnik yang juga berbeda, meskipun dalam beberapa kasus terdapat satu kelompok etnik dengan bahasa daerah yang berbeda atau sebaliknya kelompok etnik yang berbeda menggunakan bahasa daerah yang sama. Berbeda dengan di daerah beriklim basah di pulau-pulau lebih besar, di lahan kering kepulauan terdapat bukan hanya dua rumpun bahasa, tetapi setiap rumpun terdiri atas banyak bahasa daerah yang berbeda (Gambar 14.2 dan Gambar 14.3). Selain mempunyai bahasa masing-masing, setiap kelompok etnik tentu juga mempunyai aspek budaya tertentu yang berbeda dari kelompok etnik lainnya, antara lain penguasaan lahan berbentuk penguasaan bersama (the commons),  pola-pola pengelolaan sumberdaya alam secara tradisional (traditional resource management practices), dan adat pernikahan dan pemberian mas kawin (bride price) dalam bentuk lahan, ternak, atau harta non-tunai lainnya.

Gambar 14.2
Peta sebaran bahasa daerah di wilayah lahan kering Kepulauan Nusa Tenggara, Indonesia, dan Timor Leste. Klik gambar untuk memperbesar.
Sumber: Language Maps of Nusa Tenggara Timur and Timor Leste

Dambar 14.3
Peta sebaran famili bahasa-bahasa Austronesia dan famili bahasa-bahasa Papua di wilayah lahan kering Kepulauan Nusa Tenggara, Indonesia, dan Timor Leste. Klik gambar untuk memperbesar.
Sumber: Language Maps of Nusa Tenggara Timur and Timor Leste

Penguasaan lahan (land tenure) pada umumnya berbentuk penguasaan bersama (the commons) oleh kelompok-kelompok keluarga dalam satu kelompok etnik. Penguasaan lahan seperti ini pada awalnya dipandang sebagai menimbulkan kerusakan lingkungan karena setiap orang berusaha memperoleh manfaat sebesar-besarnya tanpa ada yang bersedia melakukan konservasi lahan. Keadaan demikian menimbulkan apa yang oleh ekologiwan Garrett Hardin disebut tragedi penguasaan bersama (the tragedy of the commons). Namun kemudian berkembang pandangan bahwa penguasaan bersama tidak selamanya menimbulkan tragedi bersama, sebaimana dipublikasikan oleh pakar ekonomi politik Elinor Ostrom dalam bukunya, Governing the Commons: The Evolution of Institutions for Collective Action (klik untuk mengunduh buku). Dalam konteks penguasaan lahan dalam bentuk penguasaan bersama, berkembang pola-pola pengelolaan sumberdaya alam secara traditional seperti antara lain perladangan tebas bakar (slash-and-burn) dan peternakan lepas sebagai bentuk menetap dari pastoralisme (sedentary pastoralism). Perladangan tebas-bakar dan peternakan lepas, selain berpotensi menimbulkan tragedi penguasaan bersama, juga disoroti sebagai berproduktivitas rendah dan berdampak negatif terhadap lingkungan hidup, meskipun sejatinya tidak selalu demikian. Penguasaan lahan dalam bentuk penguasaan bersama dan produktivitas lahan yang rendah berkaitan dengan mas kawin (bride price) dalam bentuk lahan, ternak, atau harta non-tunai lainnya untuk memastikan bahwa sumberdaya alam tersebut tetap dapat diakses untuk kepentingan keluarga. Namun demikian, pihak lain berpandangan bahwa mas kawin dalam bentuk lahan, ternak, atau harta non-tunai lainnya mendorong terjadinya proses pemiskinan karena sering kali jumlah yang ditentukan melampaui batas kewajaran.

Perekonomian NTT berbasis pertanian karena sebagian besar penduduknya masih bermata pencarian utama sebagai petani, petani-peternak, petani-nelayan, atau petani-agroforestri yang semuanya dilakukan pada umumnya masih secara tradisional dengan tujuan utama untuk menghasilkan bahan pangan untuk konsumsi sendiri. Petani demikian dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai peasant, bukan farmer. Karena lahan di NTT merupakan lahan kering dan sistem pertanian yang diterapkan merupakan sistem pertanian tebas bakar dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga maka tidak mengherankan bila pendapatan per kapita penduduk NTT masih rendah. Selain berpendapatan per kapita rendah, perekonomian penduduk NTT rawan menghadapi bencana kekeringan (drought) yang berpotensi menimbulkan ketidaktahanan pangan (food insecurity) yang berdampak pada kekurangan asupan pangan (undernourishment), kekurangan gizi (malnutrition), dan kelaparan (hunger). Ketidaktahanan pangan selanjutnya berdampak terhadap tingginya angka stunting di NTT. Pendapatan per kapita yang rendah dan kerawanan dalam menghadapi bencana merupakan faktor penting yang mendeterminasi tingginya angka kemiskinan di NTT, selain faktor lain sebagaimana telah diuraikan pada Materi 12 dan Materi 13. Perekonomian yang berbasis pertanian juga masih sangat terfokus pada kegiatan pertanian on-farm sehingga produk yang dihasilkan memberikan nilai tambah di luar NTT. Perikanan pada umumnya berupa perikanan tangkap inshore sehingga potensi perikanan tangkap ofshore dari perairan lautnya dimanfaatkan lebih banyak oleh nelayan dari daerah lain.

Budaya NTT sangat beragam, karena setiap kelompok etnik mempunyai budaya khas tersendiri sebagaimana halnya bahasa daerah masing-masing. Namun dari budaya yang sangat beragam, beberapa di antaranya terdapat hampir di seluruh kelompok etnik, antara lain penghidupan lebih berorientasi ke darat daripada ke laut, pesta adat, dan kain tenun. NTT merupakan provinsi dengan banyak pulau sehingga mempunyai perairan laut antar pulau yang luas. Namun demikian, penghidupan penduduk NTT lebih berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya alam darat daripada pemanfaatan sumberdaya alam laut, meskipun sebagai provinsi dengan banyak pulau, NTT memiliki wilayah perairan laut yang lebih luas daripada wilayah daratnya. Namun demikian, penghidupan masyarakat NTT ternyata masih sangat bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam darat. Bahkan di pulau-pulau kecil yang wilayah daratnya terbatas, seperti di Pulau Rote dan Pulau Sabu, masyarakatnya bertumpu pada sumberdaya alam darat berupa lontar sebagai sumber pangan pokok sehingga penduduk kedua pulau tersebut, oleh James Fox dalam bukunya Harvest of the Palm: Ecological Change in Eastern Indonesia, disebut 'meminum makanan' daripada 'memakan makanan' mereka. 'Meminum makanan' juga dilakukan dalam pesta adat, karena pesta adat, selain memotong hewan dalam jumlah banyak, juga disertai dengan minuman hasil olahan dari nira lontar atau nira enau. Hewan yang dipotong dalam jumlah banyak tersebut berasal dari 'sumbangan wajib' dari sanak saudara yang menyelenggarakan pesta dan terlebih dahulu menerima sumbangan hewan. Pesta adat dihadiri oleh tamu yang mengenakan kain tenun, baik ikat maupun bukan ikat, yang menunjukkan identitas kelompok keluarga masing-masing, tetapi kain tenun seharusnya dapat digunakan lebih dari itu.

Kondisi lingkungan sosial-ekonomi-budaya lahan kering kepulauan sebagai diuraikan di atas menimbulkan berbagai permasalahan, meskipun juga mempunyai sejumlah potensi. Permasalahan lingkungan sosial-ekonomi-budaya mendasar yang dihadapi antara lain adalah kekurangmampuan melepaskan diri dari kemiskinan, kekurangmampuan mengembangkan perekonimian daerah, dan kekurangmampuan menjadikan keberagaman budaya sebagai modal pembangunan. Meskipun dalam kenyataannya miskin, masyarakat NTT pada umumnya menolak disebut miskin. Masyarakat memang mempunyai lahan luas yang dikuasai bersama dan orang-orang terkemuka di masyarakat mempunyai ternak dalam jumlah banyak. Namun lahan luas merupakan aset tidak bergerak yang tidak memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi jika tidak diolah secara produktif. Demikian juga ternak dalam jumlah banyak, tidak akan memberikan kontribusi banyak terhadap pertumbuhan ekonomi jika sebagian besar dikonsumsi dalam pesta adat. Merasa tidak miskin menyebabkan seseorang merasa tidak perlu berusaha keluar dari kemiskinan. Sebaliknya, ada pendapat bahwa kalangan pemerintah merasa beruntung bila daerahnya dikategorikan miskin. Daerah miskin memperoleh tambahan anggaran dari pemerintah pusat, selain tentu saja juga mendapat bantuan dari badan-badan internasional. Namun kekurangmapuan mengembangkan perekonomian daerah, sebagaimana diulas oleh SMERU, terjadi karena pemerintah daerah tidak mampu menggeser pertanian sebagai sumber utama pendapatan daerah. Jangankan kemampuan menggeser keluar dari pertanian, kemampuan menggeser dari on-farm ke off-farm pun tidak terjadi. Sementara itu, kain tenun sebagai budaya NTT masih berfungsi lebih sebagai identitas daripada sebagai potensi ekonomi.

Selain menghadapi permasalahan, lingkungan sosial-ekonomi-budaya lahan kering NTT sebenarnya juga mempunyai sejumlah potensi, Pembangunan kepedulian lingkungan, perekonomian, dan kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan kerangka modal masyarakat (community capital framework) yang terdiri atas modal alam, modal terbangun, modal finansial, modal politik, modal manusia, modal sosial, dan modal budaya (Gambar 14.4). Lahan kering kepulauan NTT mempunyai kelemahan dalam modal terbangun, modal finansial, dan modal manusia, tetapi mempunyai kekuatan dalam modal alam, modal sosial, dan modal budaya. Modal politik dapat digunakan untuk mengubah kelemahan dalam modal terbangun, modal finansial, dan modal manusia menjadi kekuatan dan untuk meningkatkan kekuatan modal alam, modal sosial, dan modal budaya. Namun selama ini modal politik lahan kering kepulauan NTT jarang menampilkan pemimpin visioner yang mampu mengubah lahan kering menjadi keuntungan (dryland advantages). Bukan berarti di NTT tidak ada orang-orang visioner, tetapi proses demokrasi yang transaksional dan cenderung mengedepankan politik identitas sulit bisa menampilkan orang-orang seperti itu tanpa dukungan modal, terutama modal finansial, modal politik, dan modal budaya sebagai modal sosial mengikat (bonding social capital). Untuk memungkinkan modal politik mampu menghasilkan pemimpin yang visioner diperlukan pergeseran dari bertumpu pada modal sosial mengikat menjadi mengembangkan modal sosial menjembatani (bridging social capital). Perubahan ini memerlukan perbaikan modal manusia melalui pendidikan yang mampu bukan hanya menjadikan ijasah sebagai instrumen meningkatkan derajat sosial tetapi juga mampu menyadarkan diri penerima izasah untuk melakukan perubahan terhadap diri sendiri dan lingkungannya

Gambar 14.4. Kerangka Modal Masyarakat. Sumber: The World as It Could Be 

Perubahan ini juga memerlukan perubahan paradigma perencanaan pembangunan dari paradigma berfokus pada upaya meningkatkan keluaran (outputs) menjadi paradigma yang semakin memperhatikan hasil (outcomes) dan dampak (impacts). Dari sekedar berkutat pada IKK (Indikator Kinerja Kegiatan) menjadi lebih mengedepankan IKU (Indikator Kinerja Utama). Misalnya dalam membangun jalan raya, capaiannya tidak lagi hanya berapa panjang jalan berhasil dibangun, melainkan bagaimana jalan yang dibangun dapat menggerakkan perekonomian masyarakat. Contoh lainnya adalah pembangunan pertanian, perlu bergeser dari sekedar meningkatkan luas tanam dan produksi komoditas menjadi meningkatkan kesejahteraan petani melalui perubahan dari program berbasis tanaman menjadi program meningkatkan kapasitas diri dan kapasitas kelembagaan petani. Demikian juga dengan pelestarian budaya, perlu memilah aspek budaya mana yang perlu dipertahankan dan yang mana yang perlu disederhanakan untuk membangun kepedulian lingkungan, perekonomian, dan kesejahteraan masyarakat. Budaya perlu diintegrasikan dengan alam untuk membangun pariwisata berbasis komunitas (community-based tourism, misalnya dengan mengadopsi Standar ASEAN) sebagai penggerek utama perekonomian (economic prime mover), bukan justru membangun destinasi wisata premium yang dikelola secara ekslusif oleh pihak luar, melainkan destinasi wisata yang menjadikan masyarakat sebagai pelaku. Pembangunan pariwisata sebagai penggereka utama perekonomian juga perlu mengintegrasikan destinasi wisata dengan sektor lain, misalnya sektor pertanian dan UMKM di sekitarnya. Jika Anda pernah mengunjungi Gunung Fatuleu yang kini telah dibangun sebagai objek Wisata Alam Gunung Fatuleu di jalur jalan raya poros tengah Kabupaten Kupang, silahkan pikirkan sejauh mana pembangunan jalan raya poros tengah dan objek wisata tersebut telah bisa menjadi penggerak utama pembangunan di kawasan Pegunungan Fatuleu.

Setelah membaca tulisan singkat ini, silahkan rumuskan sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada tulisan ini. Tulisan ini membatasi cakupannya pada lingkungan sosial-ekonomi-budaya. Namun permasalahan lingkungan sosial-ekonomi-budaya dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan fisik-kimia-hayati. Oleh karena itu, silahkan dahulu jawab pertanyaan mengenai aspek sosial-ekonomi budaya apa saja yang mendeterminasi NTT sebagai lahan kering. Kemudian, dalam menjawab pertanyaan mengenai permasalahan lingkungan apa yang kemudian timbul dari aspek sosial-ekonomi-budaya tersebut, silahkan jangan membatasi hanya pada aspek lingkungan sosial-ekonomi-budaya. Demikian juga dalam menjawab pertanyaan mengenai bagaimana permasalahan lingkungan yang terjadi seharusnya dikelola, pengelolaan bisa diperlukan untuk mengelola dampak terhadap lingkungan fisik-kimia-hayati maupun dampak terhadap lingkungan sosial-ekonomi-budaya. Lingkungan memang dapat dipilah menjadi komponen lingkungan fisik-kimia-hayati dan komponen lingkungan sosial-ekonomi-budaya dalam mempelajarinya, tetapi dalam kenyataannya komponen-komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain. Silahkan jawab dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam kotak komentar yang tersedia di sebelah bawah tulisan ini. Selebihnya adalah kehadiran pemimpin visioner untuk membangun lahan kering kepulauan. Untuk menjadi pemimpin visioner, Anda perlu membekali diri dengan kemampuan berpikir lintas bidang dapat Anda pelajari dari ilmu lingkungan.

14.1.2. Mengunduh dan Membaca Pustaka
Silahkan mengklik setiap tautan yang diberikan pada materi kuliah ini dan mengunduh pustaka yang disediakan dari halaman Pustaka yang juga memberikan tautan ke perpustakaan digital Environmental Science Library. Silahkan memilih dan mengunduh buku teks dari perpustakaan digital tersebut dan membaca judul bab atau sub-bab yang berkaitan dengan materi kuliah ini. Semua pustaka pada perpustakaan digital ini dapat diunduh secara gratis.

14.2. TUGAS KULIAH

14.2.1. Membagikan Blog Mata Kuliah dan Materi Kuliah
Sebagai mahasiswa milenial, setiap mahasiswa tentu mempunyai akun media sosial untuk tujuan menampilkan diri. Gunakan media sosial masing-masing juga untuk tujuan belajar dengan cara membagikan blog mata kuliah dengan mengklik pilihan tombol media sosial untuk membagikan blog secara keseluruhan dan membagikan setiap materi kuliah dengan mengklik tombol pilihan media sosial yang disediakan pada setiap materi kuliah. Pembagian blog mata kuliah dan materi kuliah dilakukan selambat-lambatnya pada Senin, 11 Desember 2022 pukul 24.00 WITACatat tautan (link) pembagian blog dan pembagian materi kuliah melalui media sosial masing-masing untuk dilaporkan dalam Laporan Melaksanakan Perkuliahan Daring. Setiap mahasiswa juga wajib menyampaikan laporan pembagian blog dan materi kuliah pada saat mengikuti ujian tengah semester.

14.2.2. Menyampaikan dan Menanggapi Komentar dan/atau Pertanyaan serta Menanggapi
Sampaikan minimal satu komentar dan/atau pertanyaan singkat mengenai materi kuliah ini dengan mengerikkan di dalam kotak Masukkan komentar Anda ... yang terletak di sebelah bawah materi kuliah ini dan kemudian tanggapi minimal dua komentar dan/atau pertanyaan yang disampaikan oleh mahasiswa lainnya selambat-lambatnya sampai pada Senin, 11 Desember 2022 pukul 24.00 WITA. Pastikan bahwa komentar yang Anda sampaikan benar-benar berkaitan dengan materi kuliah ini dan tidak sama dengan yang telah disampaikan oleh mahasiswa lainnya. Komentar dan/atau pertanyaan yang tidak berkaitan dengan materi ini atau yang sama dengan yang telah disampaikan oleh mahasiswa lain akan diperlakukan sebagai tidak menyampaikan komentar dan/atau pertanyaan. Mahasiswa yang tidak menyampaikan tidak akan memperoleh nilai softskill mengenai materi kuliah ini.

14.2.3. Mengerjakan dan Menyampaikan Laporan Latihan Pembelajaran Kasus
Sebelum mengerjakan tugas pada materi kuliah ini, setiap mahasiswa diharapkan untuk me-review kembali pengerjaan tugas materi kuliah 9 sampai materi kuliah 13. Setelah memastikan telah mengerjakan tugas materi kuliah 9 sampai materi kuliah 13, silahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini pada Laporan Mengikuti Perkuliahan Daring:
  1. Sebagai mahasiswa Ilmu Lingkungan dengan latar belakang pendidikan S1 masing-masing, sebutkan latar belakang pendidikan S1 Anda dan kemudian uraikan secara singkat upaya yang Anda lakukan dalam mengerjakan tugas mengenai jenis-jenis Ficus, dalam kaitan dengan latar belakang pendidikan S1 Anda tersebut.
  2. Mengingat latar belakang pendidikan S1 Anda serta kondisi, permasalahan, dan pengelolaan lingkungan sosial-ekonomi-budaya yang terjadi pada eksosistem lahan kering kepulauan sebagaimana yang telah Anda baca pada materi kuliah ini, uraikan secara singkat apa yang AKAN Anda lakukan untuk mengelola lingkungan hidup lahan kering kepulauan dengan menggunakan jenis-jenis Ficus yang sudah Anda pelajari.
  3. Di antara jenis-jenis Ficus yang sudah Anda pelajari dan sudah Anda coba lakukan pembibitan sebagaimana pada tugas Materi Kuliah 13, sebutkan jenis-jenis Ficus yang sudah Anda bibitkan secara berkelompok, hitung berapa stek yang Anda bibitkan untuk setiap jenis, dan hitung berapa stek yang tumbuh dari seluruh stek yang Anda bibitkan untuk setiap jenis tersebut.
  4. Berdasarkan pada hasil pengamatan pada Butir 3 di atas, tentukan jenis-jenis mana yang cocok digunakan untuk melakukan rehabilitasi hutan lahan pada lingkungan lahan kering kepulauan Nusa Tenggara disertai dengan alasan memilih jenis-jenis tersebut.
  5. Di antara jenis-jenis Ficus yang sudah Anda bibitkan dan amati pertumbuhannya sebagaimana pada Butir 3, pilih satu jenis Ficus yang dapat Anda gunakan untuk mengentaskan masyarakat lahan kering kepulauan Nusa Tenggara Timur dari kemiskinan dan uraiakan apa yang Anda lakukan agar jenis yang Anda pilih dapat digunakan untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.
14.3. ADMINISTRASI PELAKSANAAN KULIAH

Untuk membuktikan telah melaksanakan kuliah, Anda wajib mengakses, menandatangani presensi, dan mengumpulkan tugas di situs SIADIKNONA. Sebagai cadangan, silahkan juga mengerjakan quiz, menandatangani daftar hadir, dan memasukkan laporan melaksanakan kuliah dan mengerjakan tugas dengan mengklik tautan di bawah ini.
  1. Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Rabu, 6 Desember 2022 pukul 24.00 WITA dan kemudian memeriksa daftar hadir yang sudah ditandatangani,
  2. Memasukkan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-lambatnya pada Senin, 11 Desember 2022 pukul 24.00 WITA dan kemudian memeriksa laporan yang telah dimasukkan.
untuk menunjukkan bahwa Anda telah melaksanakan kuliah materi kuliah ini. Mahasiswa yang tidak mengisi dan memasukkan Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah dan Laporan Melaksanakan Kuliah akan ditetapkan sebagai tidak melaksanakan kuliah.

*****
Hak cipta blog pada: I Wayan Mudita
Diterbitkan: 22 November 2019, direvisi pertama kali pada 30 November 2020, direvisi termutakhir pada 6 Desember 2023

Creative Commons License
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.

98 comments:

  1. Kita tahu bahwa pilihan budidaya tanaman pada lahan kering tidak semata pertimbangan aspek ekonomi semata. Aspek sosial budaya juga sangat dominan mendeterminasi ragan usaha pertanian lahan kering, bahkan dalam banyak contoh aspek sosial budidaya ini lebih dominan mendeterminasi corak usaha pertanian lahan kering dibanding aspek ekonomi. Misalnya masyarakat Timor yang tetap saja mempertahankan komoditi jagung dan ubi kayu pada lahan usaha mereka walaupun disadari bahwa komoditi ini khususnya varietas lokal tidak memiliki prospek ekonomi yang cukup baik. masyarakat Timor tetap mengusahakan komoditi jagung varietas lokal karena komoditi ini adalah komoditi pangan pokok bagi hampir semua petani lahan kering di Timor. Mereka tidak berpikir tentang bagaimana produksi jangung ini akan dijual, tapi mereka berpikir bagaimana produksi jagung dapat dipakai untuk konsumsi Bersama keluarga mereka selama satu musim tanam Jadi keamaan pangan (food security) yang menjadi kepentingan utama bagi masyarakat timor.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pada umumnya varietas tanaman jagung dan ubi merupakan komuditi pangan lokal yang ditanam oleh masyarakat NTT sebagai makanan atau pangan lokal yang dapat di gunakan pada saat musim kekeringan, tapi mulai dari 5 tahun sebelumya masyarakat sudah mulai menanam varietas jagung & ubi sebagai pangan lokal yang sudah bisa digunakan sebagai komoditi yag dapat menambah perekonomian, dikarenakan sudah ada banyak di daerah-daerah mempunya tenaga-tenaga terampil yang dapat mengolah komuditi tersebut menjadi oleh atau camilan dari produksi rumah tangga, sehingga banyak produksi-produksi rumah tangga sudah di tunjang dengan program pemerintah memlalu koperasi dan pendidikan nonformal yang berkembang pesat baik di daerah-daerah maupun kota provinsi saat ini

      Delete
    2. melihat kegelisahan pertanian di daerah kering seperti NTT, dengan pola pertanian yang membagi antara komoditas yang dapat langsung dikonsumsi dengan komoditas 'tak dapat dikonsumsi' tapi hal ini secara perlahan dapat mendukung masyarakat untuk peningkatan kualitas hidup, misalnya pengupayaan biodiesel dengan bahan baku tanaman jarak. Karena budidayanya tidak mengganggu jagung dan ubi kayu sebagai pangan pokok masyarakat.

      Delete
    3. Benar pak demikian..jagung dan ubi kayu adalah pangan asli lokal daerah NTT sudah wajib kita kembangkan potensi komoditasnya.

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Budaya membuka lahan kering dgn cara membakar .dan menanam hanya pada musim penghujan �� itu budaya yg harus diperbaiki dgn kemajuan teknologi 4.0 yg ada dan edukasi langsung tatap muka dengan solusi yang nyata..seperti metode pengairan dan model tata tanam

    ReplyDelete

    ReplyDelete
  5. Aspek sosial-ekonomi budaya yang mendeterminasi NTT sebagai lahan kering; yang pertama, masyarakat masih hidup dalam budaya, seperti Pak Surya Andika katakan bahwa masyarakat NTT hanya menanam pada musim hujan, sedangkan pada musim kering tidak ada proses penanaman. selain dari hal bercocok tanam, NTT juga adalah provinsi yang sangat boros dalam hal budaya, misalnya di pulau Sumba selalu berpesta adat dan itu semua sangat membutuhkan biaya yang sangat besar. sehingga secara ekonomi masyarakat ada di bawah garis kemiskinan karena aspek budaya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aspek sosial ekonomi yang Ibu Naomi sampaikan merupakan tantangan yang harus diperbaharui saat ini. Dalam hal ini dimana mayoritas pertanian di NTT adalah pertanian lahan kering atau pertanian padi ladang yang merupakan sawah tadah hujan. Oleh karena itu pertanian tersebut hanya terjadi di saat musim hujan. Akan tetapi nilai produksi pertanian ini juga dapat ditingkatkan apabila infrastruktur pertanian dapat menjangkaui pada pertanian lahan kering ini. Sehingga yang perlu ditingkatkan saat ini adalah prasarana pertanian pada daerah irigasi dan perlindungan pada kawasan sempadan mata air dari alih fungsi lahan yang dapat digunakan untuk area pertanian yang jauh dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Sedangkan untuk kebudayaan yang membutuhkan biaya besar dikarenakan faktor sosial yang turun temurun tentunya hanya dapat dilakukan dengan sosialisasi melalui nilai toleransi masyarakat sehingga kebutuhan biaya tersebut dapat dikurangi dalam usaha menekan biaya konsumsi yang berlebihan.

      Delete
    2. setuju
      Sebut saja budaya penguburan orang mati di Sumba yang bisa menghabiskan puluhan ekor kerbau ataupun kuda serta babi yang tak terhitung jumlahnya. Padahal hewan-hewan tersebut mempunyai nilai jual yang bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat. Realitas lain yang tersembuyi di balik ritual adat yang syarat gengsi dalam stratifikasi masyarakat Sumba itu adalah hewan-hewan korban banyak didapatkan dengan cara berhutang.

      Delete
    3. adat di cipatakan untuk dikendalikan, kemiskinan kadang juga menjadi '' budaya '' ini yang harus diubah ,, bukan memodeenisasi,tapi lebih kepada menjadikan budaya sebagai sumber kekayaan bukan malah sebaliknya

      Delete
  6. Budaya membuka lahan kering hanya memberikan dampak positf sesaat namun tidak bersifat jangka panjang sehingga jika ingin memanfaatkan budaya lahan kering maka harus diperhatikan lebih jauh terutama untuk pemanfaatnnya agar lebih memiliki nilai yang lebih tinggi

    ReplyDelete
  7. Aspek sosial-ekonomi budaya apa saja yang mendeterminasi NTT sebagai lahan kering?
    Jika kita mencari kata kunci di google "tebas bakar" maka yang paling banyak keluar adalah di NTT. Kita di ntt mempunyai kebiasaan tebas bakar utk pertanian karena selain lbh cepat dan mudah juga dapat meningkatkan Kesuburan tanah, sedangkan kegiatan tebas bakar guna pertanian tsb rata-rata hanya utk membudidayakan tanaman pangan umur pendek (semusim) tanpa disadari kita telah melakukan penggusuran terhadap tanaman tahunan (umur panjang). Ini terjadi di ntt setiap tahunnya. Pembakaran yang terlalu sering dilakukan dan waktu pembakaran yang dilakukan pada penghujung musim kemarau akan mempunyai dampak negatif yang sangat besar dan luas terhadap sifat fisika, kimia dan biologi tanah maupun terhadap bahaya erosi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
    Terus bagaimana permasalahan lingkungan yang terjadi seharusnya dikelola?
    Pemerintah sebagai pengelola negara diharapkan perlu meningkatkan pengetahuan petani maupun masyarakat tentang resiko terjadinya degradasi tanah, harus dilakukan penyuluhan-penyuluhan secara intensif dan memperkenalkan teknologi-teknologi yang berdayaguna serta sarana-sarana penunjang. Karena sesungguhnya masyarakat kita NTT juga bukannya tidak mau tahu dgn akibat dari kebiasannya buruknya itu, tapi krna kurangnya pengetahuan dan informasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. maka pada intinya harus ada edukasi, sosialisasi,baru tindakan hukum agar kebiasaan itu terhenti

      Delete
  8. Aspek sosial ekonomi budaya yang mendeterminasi NTT sebagai lahan kering, saya setuju dengan kak Handy yang mengatakan masyarakat NTT yang paling banyak melakukan tebas bakar. masyarakat melakukan tebas bakar tersebut sudah turun temurun dilakukan di NTT. pertanyaan sekarang mengapa masyarakat melakukan hal tersebut?? apalagi masyarakat yang memiliki hewan peliharaan (sapi,kambing,kuda).

    Pembakaran lahan di NTT akan terjadi pada musim kemarau, pada saat itu mencari pakan ternak untuk hewan peliharan sangat susah. Jadi solusi yang diambil oleh masyarakat yaitu membakar lahan. seminggu atau dua minggu setelah pembakaran akan tumbuh rumput-rumput yang baru dan hijau. Maka masyarakat telah mendapatkan solusi untuk pakan ternak yang kurang. dimana kita tau curah hujan di NTT hanya 3 - 4 bulan saja sedangkan kemarau 7- 8 bulan, dan membakar lahan yang kering adalah sebuah budaya yang sudah sangat melekat di NTT.

    ReplyDelete
    Replies
    1. keterbatasan sumber air menyebabkan usaha tani umumnya dilakukan dengan cara berladang yaitu pertanian di lahan kering yang disesuaikan dengan kondisi musim di NTT.Keterbatasan pengetahuan dan terknologi yang dimiliki petani menyebabkan budidaya tanaman dilakukan secara tradisional. Selain itu kurangnya sosialisa dari pemerintah tentang pemanfaatan lahan kering serta belum memperkenalkan teknologi –teknologi yang dapat digunakan dalam pemanfaatan lahan kering .selain itu minimnya pendidikan di NTT kususnya Pertanian juga merupakan salah satu faktor ketidakmaksimalkan lahan kering di NTT

      Delete
    2. Memang benar apa yang disampaikan oleh Ibu Sandri Linggi bahwa di NTT musim kemarau lebih panjang daripada musim hujan, dimana tradisi dari masyarakat NTT yaitu bercocok tanam dan beternak.. Akan tetapi pada saat memasuki musim hujan atau menjelang habisnya musim kemarau para petani kekurangan pakan ternak oleh karena itu mereka harus membuka lahan baru dengan cara tebas bakar sehingga akibat dari pembakaran akan tumbuh rumput-rumput yang baru, maka masyarakat akan mendapatkan pakan untuk ternak. Dari segi sosial ekonomi dengan keterbatasan SDM dan ketrampilan yang dimiliki oleh para petani untuk melakukan sistim perladangan dengan menggunakan api maka sudah seharusnya pemerintah mengambil langkah bijak untuk mengembangkan teknologi pembakaran kepada mayarakat NTT

      Delete
    3. Tebas bakar secara ekonomis menguntungkan, biaya murah, dan mudah dilakukan, tetapi secara ekologis dampaknya luar biasa, struktur tanah rusak, bahan organik musnah dan organisme dalam tanah mati, akibatnya tanah menjadi tidak subur. Belum lagi ketika bicara ladang berpindah. Butuh waktu untuk menyadarkan mereka, paling tidak ada upaya untuk merubah pola ke arah yang lebih baik dan menguntungkan

      Delete
  9. sedikit koreksi ibu sandri , tidak pada Seluruh NTT, daratan flores dengan kontur dan kondisi alamnya jarang terjadi tebas bakar,kecuali derah timor, sabu,rote dan sumba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya baru melihat komentar ini, saya mengatakan di atas paling banyak melakukan tebas bakar, saya tidak mengatakan seluruh NTT melakukan tebas bakar.

      Delete
  10. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    ReplyDelete
  11. NTT dalam keragaman baik budaya, adat istiadat, bahasa dan berbagai aspek didalamnya menunjukkan bahwa NTT tidak hanya kaya akan Sumber Daya Alam namun memiliki kekayaan budaya yang beranekaragam namun permasalahan terkait aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya selalu menjadi topik hangat yang belum terpecahkan. Kesadaran masyarakat juga rendah untuk menjaga lingkungan dan ini merupakan rangkaian masalah serius yang tengah dihadapi pemerintah dan masyarakat. NTT lebih dikenal dengan lingkungan pegunungan dan bebatuan. Para petani yang memanfaatkan lahan kering sangat bergantung dengan musim. Penggunaan lahan kering sebagai media pertanian membutuhkan kondisi iklim yang bersahabat, jenis komoditas yang cocok, serta pengetahuan petani tentang pertanian itu sendiri. Para petani masih melakukan usaha cocok tanam dengan cara tradisional, seperti membuka lahan pertanian dengan tebas bakar dan peternakan lepas seringkali menjadi bagian dalam kebiasaan sosial dan budaya yang telah turun temurun. Cara tradisional yang digunakan oleh petani ini menjadikan sebagian besar hutan alami yang ada telah habis ditebang untuk dijadikan padang gembala atau dibakar. Hal ini membuat degradasi lahan yang diakibatkan oleh laju pertumbuhan populasi manusia dan ternak yang meningkat mengalami percepatan. Dibutuhkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan dengan cara sistematis dan terpadu demi melestarikan fungsi lingkungan dan mencegah kerusakannya. Hal ini menjadi poin penting bagi Pemerintah dan kita semua untuk bersama-sama melihat bahwa lingkungan, masyarakat dan perilakunya harus berubah sehingga keseimbangan didalam lingkungan tetap terjaga.

    ReplyDelete
    Replies

    1. .
      Pembukaan lahan baru dengan cara tebas bakar masih dilakukan dan menanam pada lahan yang dianggap subur untuk beberapa musim tanam. Apabila lahan sudah tidak subur mereka akan meninggalkan lahan tersebut dan mencari lahan lain untuk diolah dan ditanami. Kebiasaan tersebut masih dilakukan karena masih luasnya lahan yang belum ditanami. Produksi hasil pertanian masih rendah karena kemampuan mengelola lahan juga terbatas.Pembakaran yang tidak terkontrol akan berdampak negatif terhadap kerusakan lingkungan seperti rusaknya ekosistem dan pencemaran udara dengan adanya kabut asap. Kebiasaan membakar ini sangat ditunjang oleh kondisi iklim di Kawasan Timur Indonesia khususnya di NTT. Karena banyaknya bahan yang bisa terbakar di atas permukaan tanah seperti rumput, semak dan ranting-ranting yang kering, seringkali menyebabkan api dengan mudahnya menyala dan menjalar. Setelah kegiatan pembakaran, tanah menjadi terbuka, sehingga kemungkinan terjadinya erosi semakin besar dan kadar organik tanah semakin merosot. pembakaran lahan yang berulang-ulang dapat mempercepat habisnya tanah lapisan atas (top soil). Akibat dari pembakaran dan erosi, humus di permukaan tanah setebal 30 cm akan habis dalam jangka waktu ± 3–4 tahun.

      Delete
    2. Saya sepandangan dengan Pak Maxen mengenai kebiasaan dimaksud. Bisa dipahami karena luas wilayah dan daya dukung tanah yang dinilai kurang menguntungkan. Hal ini sering dibiarkan dan menjadi pola yang diturunkan dari generasi ke generasi, dan ini merupakan pola dari sistem konvensional. Selama ini ada sebagian masyarakat yang tidak teredukasi dengan baik, dalam hal lingkungan dan skala.prioritas. perlu upaya lebih untuk mengarahkan masyarakat dari mencari pemenuhan hidup ke arah lebih menunjang keberlangsungan lingkungan dalam mendukung siklus ketahanan sampai beberapa.puluh bahkan ratusan dekade ke depan. Bumi hanya satu, jadi apapun tindakan yang baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja dalam merusak lingkungan tidak dapat dibenarkan, perlu ditindak dan penting menyinkronkan budaya, adat atau kebiasaan dengan prinsip universal penyelamatan lingkungan.

      Delete
  12. Prespektif budaya menempatkan manusia sebagai sentralitas komunitas, baik secara individu maupun kolektif. Masalah budaya lainnya adalah pemborosan hewan/ternak seperti yang terjadi di daerah saya Kabupaten Sumba Barat. Budaya Ke’de atau pemotongan hewan baik pada prosesi kedukaan, pesta masuk rumah, belis perempuan maupun pesta adat lainnya membuktikan bahwa kebudayaan juga menjadi penyumbang persoalan terhadap lingkungan yang terjadi akibatnya dapat berimbas pada keadaan sosial dan ekonomi dimana harga atau nominal dari hewan saat ini yang semakin mahal/tingi sehingga memicu terjadinya kemiskinan maupun persoalan kekurangan ekonomi yang berujung pada timbulnya kejahatan pencurian/perampokan. Akibat lainnya adalah mulai berkurang atau semakin menipis jumlah populasi dari pada hewan atau ternak karena kebiasaan komsumtif dari masyarakat dalam acara budaya. Masalah lainnya adalah kebiasaan masyarakat Sumba yang suka menggadaikan tanah sawah ataupun tanah kebun untuk menukarnya dengan hewan atau dalam bentuk sejumlah uang juga menyumbang angka kemiskinan karena sistem gadai ini berlaku turun temurun dan bertahun-tahun yang terkadang mengakibatkan orang dapat kehilangan tempat, pekerjaan (mata pencaharian) atau sumber makanan oleh karena sistem gadai tanah sawah/kebun tersebut. Akibatnya angka kemiskinan terus bertambah tetapi pola tradisi dalam kehidupan sosial dan budaya terus berjalan. Hal ini harus mendapat perhatian serius agar kondisi dan persoalan-persoalan yang terjadi dapat diperkecil dengan memungkinkan adanya pembatasan pemotongan hewan/ternak pada acara/pesta adat ataupun pembatasan persoalan gadai/menggadai tanah sawah/kebun melalui peraturan dalam daerah yang bersangkutan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sependapat dengan apa yang di sampaikan ibu Stevania, karena Sumber daya manusia terutama di NTT ini tidak dapat dipisahkan dari budaya yang dapat berimbas pada perekonomian dan juga lingkungan. Masyarakat yang tadinya berpendapatan cukup atau bahkan lebih untuk kehidupan sehari-hari selalu terbayang oleh budaya yang harus di jalankan, bahkan mungkin ada dari pendapatan mereka yang akhirnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan budaya mereka

      Delete
    2. Mungkin seperti inilah bahwa masyarakat yang hidup dalam budaya juga harus menyesuaikan dan mampu mencari jalan tengah sehingga budaya bisa berjalan dan masyarakat tidak terjerumus dalam pemborosan sumberdaya. Tidak semena-mena dikatakan meninggalkan budaya tetapi terkadang memang harus menyesuaikan. Tidak meninggalkan budaya yang memang sudah diwariskan oleh leluhur karena budaya merupakan suatu kekayaan, tetapi ketika kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk diterapkan budaya itu saklek seperti pada masa lalu, tetap harus mau menyesuaikan diri. Harapannya memang agar masyarakat tetap bisa menjalani kehidupan dengan tidak merusak alam tetapi juga bisa tetap melestarikan budaya yang ada.

      Delete
    3. Kebiasaan atau adat di suatu daerah dapat menunjukan kekuatan budaya sosial dan ekonomi, apa yang di uraikan oleh ibu stevania adalah suatu kebiasaan yang mengangkat nilai sosial budaya dan ekonomi. Perlu kita ketahui bahwa nilai adat yang tinggi tetapi masyarakat mampu maka ini di kategorikan bahwa masyarakat adat yang ada di kabupaten Sumba Barat adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi yang mampu, harga hewan yang tinggi menunjukan peredaran ekonomi yang terjadi semakin meningkat,

      Delete
  13. Penduduk NTT yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian dengan tingkat pendidikan yang rendah memiliki berbagai keterbatasan dalam berusaha tani. Selain itu adanya keterbatasan sumber air menyebabkan usaha tani umumnya dilakukan dengan cara berladang yaitu pertanian di lahan kering yang disesuaikan dengan kondisi musim. Petani mengelola lahannya dengan menanam berbagai macam tanaman sebagai sumber pangan keluarga terutama jagung dan kacang-kacangan.Keterbatasan pengetahuan dan terknologi yang dimiliki petani menyebabkan budidaya tanaman dilakukan secara tradisional. Pembukaan lahan baru dengan cara tebas bakar masih dilakukan dan menanam pada lahan yang dianggap subur untuk beberapa musim tanam. Apabila lahan sudah tidak subur mereka akan meninggalkan lahan tersebut dan mencari lahan lain untuk diolah dan ditanami. Kebiasaan tersebut masih dilakukan karena masih luasnya lahan yang belum ditanami. Produksi hasil pertanian masih rendah karena kemampuan mengelola lahan juga terbatas.
    NTT memiliki SDA berupa lahan kering yang sangat besar dibandingkan lahan basah. Pemanfaatan lahan kering untuk kegiatan pertanian hanya dilakukan pada komoditas yang biasa ditanam karena kendala iklim, kondisi lahan serta pengetahuan petani. Oleh karena itu pemanfaatan lahan kering untuk kegiatan pertanian perlu menyesuaikan dengan kondisi iklim, komoditas tanaman dan pengetahuan yang dimiliki petani. SDA lahan kering yang luas adalah potensi lokal yang dimiliki untuk mencapai kesejahteraan penduduk. Hal ini belum dapat berperan karena tingkat pendidikan penduduk NTT yang masih didominasi pendidikan tingkat sekolah menengah, sehingga berdampak pada masih rendahnya pengetahuan yang dimiliki penduduk termasuk pengetahuan petani..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Searah dengan penyampaian Pak Maxen bahwa tingkat pendidikan penduduk NTT yang masih didominasi pendidikan tingkat sekolah menengah, sehingga berdampak pada masih rendahnya pengetahuan yang dimiliki penduduk termasuk pengetahuan petani. Hal ini biasanya terjadi pada wilayah pedesaan. Kemiskinan di kawasan pedesaan/kampung merupakan kemiskinan yang terjadi di desa-desa yang ada di Indonesia. Penduduk miskin di desa pada umumnya terjebak dalam kondisi kemiskinan akibat tidak memilikinya modal, baik fisik maupun nonfisik, atau dengan kata lain tidak memiliki faktor produksi.
      Sebagai contoh, petani-petani yang ada di desa-desa kebanyakan merupakan petani penggarap, dikarenakan hanya petani penggarap, para petani tersebut memiliki sistem pendapatan bagi hasil dengan pemilik lahan dan pada umumnya pendapatan yang didapat tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
      Petani penggarap juga pada umumnya tidak memiliki lahan sehingga tidak memiliki jaminan ketika akan meminjam modal ke bank. Dengan kata lain, kebijakan kredit UKM masih belum tersentuh oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, pada umumnya, penduduk di desa kurang memiliki keahlian khusus selain bertani.
      Hal ini menyulitkan penduduk desa untuk memiliki keahlian lain sebagai modal untuk usaha. Fakta lain yang terdapat dalam kemiskinan di perdesaan adalah penduduk usia muda banyak yang merantau sehingga secara komposisi penduduk, penduduk miskin di desa pada umumnya penduduk dengan usia cenderung tua dan sudah tidak produktif.

      Delete
  14. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  15. Wilayah Nusa Tenggara memiliki iklim kering dengan curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun. Sekitar 72% wilayahnya berbukit dan bergunung dengan solum tanah dangkal dan berbatu. Kondisi ini menjadi tantangan dalam pengembangan pertanian. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dengan laju pertumbuhan 1,49%/tahun dan pemenuhan kebutuhan pangan nasional untuk 252 juta jiwa (BPS 2014), diperlukan upaya optimalisasi lahan dan perluasan area pertanian. Di sisi lain, lahan pertanian subur sudah sangat terbatas dan lahan yang tersisa sebagai cadangan masa depan sebagian besar adalah lahan suboptimal dengan segala keterbatasannya. Lahan suboptimal yang paling luas ialah lahan kering yaitu 122,1 juta ha yang terdiri atas lahan kering masam 108,8 juta ha dan lahan kering iklim kering 13,3 juta ha. Lahan kering masam umumnya identik dengan wilayah beriklim basah yang sebagian besar berada di wilayah barat Indonesia. Kebanyakan lahan tersebut telah dimanfaatkan untuk perkebunan terutama kelapa sawit dan karet seperti yang terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Sebaliknya, lahan suboptimal yang berada di wilayah timur pada umumnya adalah lahan kering beriklim kering (LKIK) yang belum dimanfaatkan secara intensif akibat keterbatasan sumber daya air, walaupun lahan tersebut cukup luas dan potensial dikembangkan untuk berbagai komoditas pertanian. Dari 13,3 juta ha lahan kering iklim kering yang ada di Indonesia, sekitar 3 juta ha berada di Nusa Tengara Timur (NTT) dan 1,5 juta ha di Nusa Tenggara Barat (NTB).
    Lahan kering beriklim kering perlu mendapat perhatian yang serius khususnya terkait dengan sumber air dan pengelolaannya, mengingat ketersediaan air merupakan faktor pembantas utama akibat curah hujan yang sangat rendah. Oleh karena itu, sangat logis jika wilayah lahan kering iklim kering berasosiasi dengan kantong-kantong kemiskinan dan menjadi daerah rawan pangan, terutama di NTT dan NTB. Wilayah dengan kategori rawan pangan tinggi antara lain dicirikan oleh daya dukung lahan pertanian untuk kebutuhan produksi pangan relatif terbatas, sumber daya manusia berkualitas rendah, sarana dan prasarana terbatas, penguasaan lahan pertanian dan ternak terbatas, rata-rata pendapatan di bawah garis kemiskinan, dan pangsa pengeluaran pangan sangat dominan. Ciri-ciri tersebut cenderung mewarnai walayah lahan kering beriklim kering. Berdasarkan Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Agustus 2014, Provinsi NTT mempunyai persentase jumlah penduduk miskin pada urutan ketiga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju dengan pernyataan Pak Nur Asri Yuda F bahwa Wilayah dengan kategori rawan pangan tinggi antara lain dicirikan oleh daya dukung lahan pertanian untuk kebutuhan produksi pangan relatif terbatas, sumber daya manusia berkualitas rendah, sarana dan prasarana terbatas, penguasaan lahan pertanian dan ternak terbatas, rata-rata pendapatan di bawah garis kemiskinan, dan pangsa pengeluaran pangan sangat dominan karena kebanyakan desa-desa di NTT termasuk dalam wilayah yang dikatakan rawan pangan.
      Kemiskinan banyak dialami oleh petani pedesaan, padahal program pemerintah maupun swasta telah banyak dituangkan untuk pembangun pada sektor pertanian dalam rangka meningkatkan dan mendorong peningkatan ekonomi dan kesejahteraan bagi petani di pedesaan untuk mengurangi kemiskinan. Masyarakat desa banyak mengalami masalah dan tantangan yang cukup berat diperkembangan krisis ekonomi dewasa ini. Di antaranya adalah situasi penduduk yang kurang menguntungkan baik dari segi jumlah dan struktur maupun kualitas. Kehidupan cenderung semakin sulit karena SDA telah menurun kualitasnya dan sulitnya masyarakat memperoleh lapangan kerja, gangguan keseimbangan harga dalam menjual hasil produksi secara murah, pengolahan dan proses budidaya yang masih menggunakan tenaga hewan/manusia proses bud terikat kuat pada tradisi dan kurangnya fasilitas sosial.

      Delete
    2. Menjadi orang miskin di propinsi lahan kering perlu mendapat kajian khusus.Data pembanding NTB yang juga memiliki kondisi lahan kering tetapi bukan menjadi propinsi miskin.Apa yang salah. Propinsi NTB menjadikan pertanian sebagai sektor unggulan seperti NTT. Bawang Bima menembus pasar NTT padahal kita memiliki sumber bawang yang memadai. Tapi NTB menghargai konservasi air dan tanah. Budaya NTT cenderung lebih dilihat sebagai identitas bukan sebagai perangkat ekonomi.

      Delete
  16. Budaya dan kebiasaan-kebiasaan yang muncul pada kehidupan sosial masyarakat muncul karena akibat dari adanya interaksi dari manusia terhadap lingkungan alamnya (Rambo,1981). Budaya masyarakat yang ada pada saat ini di suatu tempat pastinya ada karena adanya hubungan timbal balik masyarakatnya dengan lingkungannya. Penggunaan lahan secara bersama-sama (the common) yang ada pada budaya masyarakat di NTT muncul karena memang adanya kondisi lingkungan yang sedemikian rupa, yaitu lahan kering. Penggunaan lahan secara bersama-sama seperti yang ada di NTT terlihat pada budaya penggembalaan ternak dengan cara dilepas liarkan. Hal ini memang dipengaruhi dari kondisi lingkungannya yang tidak memungkinkan peternak untuk mengandangkan ternaknya dan memberi makan rumput dengan cara mengumpulkannya seperti model peternakan di daerah lain. Hal ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang ada di NTT. Budaya / kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat memang sudah selayaknya juga mengikuti perkembangan jaman. Seperti contohnya adanya budaya mahar (belis) yang ada di NTT. Budaya ini memang dirasakan sangat berpotensi menimbulkan kemiskinan di masyarakatnya. Dengan demikian memang perlu rasanya jika budaya / kebiasaan-kebiasaan yang ada pada jaman dahulu disesuaikan dengan kondisi pada jaman sekarang agar tidak menimbulkan kemiskinan bagi masyarakatnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sependapat dengan apa yang di sampaikan pak Fransiscus, budaya sangat lekat dengan kehidupan Masyarakat di NTT, namun penyesuaian terhadap budaya dengan kondisi zaman saya rasa sulit untuk dilakukan.

      Delete
    2. Lebih sepakat soal kekeringan akibat kesadaran masyarakat yang belum maksimal. karena salah satu faktor kerusakan lingkungan tersebut akibat ulah manusia, kekurangan pemahaman dan kesadaran oleh masyarakat setempat.

      Delete
  17. Dari permasalahan yang ada di NTT adalah kita masih kurangnya infrastrukrur penunjang sebagai penunjang perputaran ekonomi khususnya di bidang penagiran dikarenakan masih banyak daerah yang mempnyai curah hujan yang minim & sumber air yang tidak dapat melayani sebagai kebutuhan pertanian tp masih berpusat pada pemanfaatan air minum
    Ada beberapa daerah yang dapat bantuan lewat pemerintah berupa infra struktur pengairan, tetapi masyarakat masih menggunakan lahan tersebut masih monoton dengan menggunakan pola tanam padi sepanjang tahun sehingga sering banyak petani yang gagal, pada hal sudah ketahui bahwa NTT mempunyai curah hujan yang minim sehingga masyarakat harus merubah pola tanam silang yaitu pola tanam palawija dan padi sehingga kebutuhan air bisa tercukupi bagi pertanian, perkebunan dan air bersih. Apabila pola tanam tersebut dilaksanakan pasti hasil usaha pertanian dan perkebunan dapat meningkatkan perekonomian daerah, selain umtuk meningkatkan SDM masyarakat daerah kita butuh pendampingan dari tenaga terampil yang diberikan oleh pemerintah melalui instansi terkait sebagai penunjang dan mendorong SDM masyarakat semakin meningkat

    ReplyDelete
  18. Kebiasaan masyarakat adat sulit dirubah karena merupakan warisan yang sangat dijunjung tinggi, masyarakat adat sangat bangga atau bahagia apabila serimonial adat dilaksanakan. perkara pekerjaan di darat maupun di laut sama saja tergantung dari kebiasaan, ada yang bertani, ternak, nelayan, penduduk di pesisir kebanyakan sebagai nelayan dan sebaliknya penduduk di gunung kebanyakan bertani atau ternak, tergantung dari posisi geografis yang ditempati. Nelayan dan petani belum memanfaatkan sumberdaya alam dengan maksimal, dan penggunaan peralatan pendukung pekerjaanpun sangat sederhana. Sehingga untuk berkembang jadi petani ataupun nelayan sukses jauh dari harapan, salah satu upaya dalam mengangkat ekonomi petani dan layanan adalah dengan melakukan penyuluhan dan pelatihan mengenai sistim pengelolaan kekayaan sumberdaya alam baik di darat maupun di laut, dan pengadaan peralatan yang dapat menunjang kegiatan tersebut, para nelayan dan petani masih tertinggal jauh dari petani dan nelayan asing, Armada perikanan maupun peralatan pertanian Indonesia disebut lemah karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap para nelayan dan petani selaku pelaku utama dalam mengelola sumberdaya alam.

    ReplyDelete
  19. Budaya dapat menjadi salah satu sarana untuk perlindungan sumberdaya alam, salah satunya dengan yang biasa dikenal dengan istilah kearifan lokal. Kearifan lokal yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam sebagai tata pengaturan lokal yang telah ada sejak masa lalu dengan sejarah dan adaptasi yang lama dapat ditemukan pada beberapa komunitas tertentu di Indonesia. Keterpaduan yang sinergis dan harmonis dalam pengelolaan sumber daya tanah dan air antara pemerintah, pemerhati lingkungan, serta kearifan lokal dan budaya yang berlaku di masyarakat diharapkan dapat menjadi strategi yang efektif dalam konservasi tanah dan air atau sumberdaya alam lainnya. Perlu adanya upaya membangun mindset masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan, bahwa air bukan merupakan sumberdaya alam yang tak terbatas. Oleh karena itu, sumber daya air perlu dikelola secara baik dan bertanggung jawab melalui beberapa upaya yang melibatkan masyarakat dan memperhatikan kearifan lokal yang telah berkembang di masyarakat. Sehingga seperti misalnya di NTT yang terkenal dengan kondisi alamnya yang kering bisa tetap mempertahankan mata air-mata air yang masih ada.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Persoalan budaya menjadi persoalan paradigmatik dalam berbagai aspek. Budaya cenderung menempatkan ornamennya hanya sebagai identitas bukan pada peningkatan kesejahteraan. Budaya cenderung diframing dalam ruang satisfikasi (kepuasan) dan tidak berorientasi ekonomi.
      Persoalan lahah kering menggugat eksistensinya budaya malas, tidak menghargai waktu dan lain-lain. Petani harus keluar sistim, tidak berpasrah pada lahan kering.Meningkatkan konservasi air dan tanah sebagai solusi mengatasi masalah konservasi air dan tanah.

      Delete
    2. Sangatlah penting memaknai kembali filosofi kearifan local masyarakat adat dalam pengelolaan sumberdaya alam ataupun lingkungan. Karena disaat teknologi tinggi tidak dapat memecahkan solusi pencemaran lingkungan dan akibat pembangunan lainnya, ternyata masyarakat adat dengan kearifan budayanya dapat menjadi solusi. Ketika masyarakat modern bingung hendak menggunakan teknologi apa yang ramah lingkungan ternyata solusinya ada pada kearifan local masyarakat adat, di mana kearifan local itupun tidak menimbulkan konflik. Dan pemerintah hanya menjadi fasilitator dan mediator untuk melindungi hak masyarakat tersebut.

      Delete
  20. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya untuk mewujudkan dan meningkatkan peri kehidupan dan kualitas hidup makhluk hidup secara alami dan berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan hidup bagi individu atau sekelompok masyarakat secara nasional berpegang pada peraturan yang telah disepakati bersama. Peraturan tersebut dikemas dengan berbagai cara, melalui undang-undang yang harus difahami dan ditaati bersama.

    ReplyDelete
  21. NTT adalah propinsi yang mengandalkan pertanian sebagai sektor unggulan. Kondisi pertaniannya lahan kering.NTT memberi atensi khusus pada pertanian pada kondisi wilayahnya adalah kepulauan. Curah hujan yang terbatas dan lahan yang tandus adalah tantangan bagi tersendiri.Pertanian yang bersifat on-form cenderung berorientasi produksi dan belum mengarah pada kesejahteraan. Analisis farmer's share hasil komoditi ternyata lebih rendah dibandingkan dengan dengan keuntungan di tingkat pedagang antarpulau. Pertanian on-farm perlu juga didorong ke pertanian off-farm.Aspek modal menjadi alasannya. Analisis tata niaga dan pemasaran menjadi variabel yang perlu dikaji.
    Lahan kering adalah tesis dimana konsevasi air dan tanah adalah salah satu antitesisnya. Pada musim hujan terjadi kelimpahan air yang dibuang ke laut sementara pada musim kemarau kekurangan air. Realitas yang sangat paradoksal. Variabel pengendalinya adalah konservasi air dan tanah.Ficus adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam konsevasi air dan tanah. Ficus adalah tanaman penahan air yang sangat penting dalam Konservasi air dan tanah.
    Lahan kritis perlu pengelolaan yang lebih komprehensif dan lebih terpadu. Pendekatan pengelolaan dibangun secara terpadu berbasis masyarakat.
    Aspek budaya menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Orientasi produksi tidak hanya dilihat sebagai identitas tetapi perlu mengarah ke orientasi ekonomi.
    Persoalahan lahan kering perlu dibangun secara paradigmatik. Pemahaman pertanian on-farm ke off-farm.Perlu rekayasa terhadap konservasi air dan tanah terutama menahan run off pada musim hujan dan menguatkan sumber daya mata air.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ficus salah satu untuk tanaman untuk penahan air, tetapi ficus belum bisa menjadi jawaban untuk mengatasi kekeringan yang terjadi di beberpa daerah di NTT. saya secara pribadi belum yakin jika tanaman ficus di dorong untuk mengatasi kekeringan. Sebab, jika ficus hanya sebagai candaan saja tidak menuai manfaat. salah satu tanaman ficus ini hanya lembaga Pendidik fokus untuk melakukan kajian alternantif demi untuk menjawab kekeringan. sementara pemerintah tidak serius mendorong ficuk salah satu program atlternatif tanaman tahan penahan air. saya mengingat dulu Gubernur Frans Lebu Raya menggelontorkan anggaran begitu besar untuk Program Anggur Merah (Program Pemberdayaan) untuk mengatasi kemiskininan. tentu dalam perjalanan Program Anggur Merah belum ada endingnya untuk dijadikan program pengetasan persoalan yang dihadapi masyarakat.

      Delete
  22. manusia dipengaruhi dengan kondisi lingkungan dimana mereka menetap. Masyarakat di kepulauan semiringkai seperti NTT terbatas pada pandangan yang membudaya dengan adat istiadat yang kental, memegang peran penting di hampir setiap aspek, dan malah meninggalkan beberapa sektor penunjang ekonomi pada posisi yang tidak begitu menguntungkan. Banyak nilai tradisional yang dipegang erat hingga saat ini, kemajuan jaman lebih ke apa yang diikuti sebagai trend sesaat di masyarakat.walau belakangan muncul arus urbanisasi yang sudah hampir peradaban warisan leluhur. Sejalan dengan perubahan global, tentu saja selalu ada pertukaran informasi dan komunikasi bahkan teknologi yang digadang-gadang dapat mengalihkan masyarakat dari sistem tradisional dalam pemikiran dan aktivitas ke arah kemutakhiran. Bisa dilihat aspek peluang manfaat, satu diantaranya merupakan pariwisata berbasis masyarakat. Melalui hal ini, kemampuan dengan kearifan lokal memberi peluang dalam meningkatkan taraf ekonomi masyarakat yakni mengurangi atau menuntaskan kemiskinan. Sekarang sudah banyak akses jalan dibuka, menghubungkan antar kabupaten dan kota, kecamatan, desa. Infrastuktur jalan yang dibangun pemerintah, misalnya bagian poros tengah kabupaten Kupang yang menuju ke kawasan wisata alam gunung Fatuleu, sejauh ini dapat membuka akses ketertinggalan warga sekitar untuk kesempatan berusaha dalam arti luas.Setelah ada jalan beraspal yang terhubung ke lokasi wisata tersebut, nampaknya belum terlalu maksimal upaya masyarakat dalam melihat peluang untuk mengembangkan potensi kawasan, mestinya ada unsur lokal yang dijumpai dalam hal kuliner atau atraksi yang mana masyarakat bersiap untuk menyambut tamu kapan saja. Kembali lagi ke budaya yang masih belum mempertimbangkan kompetisi dan kompetensi. Masih ada hamparan luas kawasan yang belum optimal dimanfaatkan, padahal keterbukaan akses ke pusat kota dan pusat pemerintahan hanya dalam hitungan jam.

    ReplyDelete
  23. Keberdaaan lahan kering di Nusa Tenggara Timur (NTT) mempunyai potensi yang lebih besar di bandingkan lahan sawah karena peluang pengembangan lahan kering sangat terbuka untuk mengembangkan berbagai komoditas unggulan lahan kering di beberapa kabupaten kota di NTT. Keadaan ini memang belum bisa dipecahkan secara baik, salah satu kendala yang dihadapi masyarakat kareda persoalan pola hidup, pemahaman dan faktor pendukung teknologi pengembangan.
    Gambaran tersebut bahwa di NTT merupakan sumber mata pencaharian penting bagi sebagian besar penduduk bagi beberapa kabupaten yang berpotensi lahan kering yang begitu luas disetiap kabupaten. Potensi pengembangan pertanian lahan kering cukup besar dibandingkan dengan lahan sawah karena
    1. Sangat dimungkinkan untuk pengembangan berbagai macam komoditas pertanian untuk keperluan eksport,
    2. Dimungkinkan untuk pengembangan pertanian terpadu antara ternak dan tanaman, perkebunan/kehutanan serta tanaman pangan,
    3. Dimungkinkan dapat membuka peluang kerja yang lebih besar dengan investasi yang relatif lebih kecil dibandingkan membangun fasilitas irigasi untuk lahan sawah, dan
    4. Dimungkinkan untuk pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan sebagian besar penduduk yang saat ini menggantungkan hidupnya di lahan kering
    Jika potensi ini, sudah menjadi kondisi budaya masyarakat setempat, bahwa lahan kering menjadi bagian keadaan alam yang dialami masyarakat setempat. Dan perhatian pemerintah terhadap isu masal lahan kering tidak serius ditangani, tidak melalui program yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang. Sehingga dampak kekeringan di NTT terus terjadi setiap tahun. Jika empat poin diatas dimaksimalkan maka akan berdampak positif untuk menjawab isu kekeringan daerah ini.

    ReplyDelete
  24. Apa itu lahan kering?
    Lahan kering berkaitan dengan zona keringkaian(aridity zona) yang ditentukan berdasarkan nisbah (ratio) rerata presipitasi tahunan terhadap evapotranspirasi potensial tahunan. Presipitasi merupakan seluruh sumber air yang dapat menyebabkan tanah menjadi lembab, sedangkan evapotranpirasi potensial tahunan merupakan jumlah air pelembab tanah yang hilang dari satu luas lahan tertentu kerena evaporasi dan tranpirasi.Dunia terdiri dari enam zona keringkaian, yaitu ringkai berlebihan (hyper-arid), ringkai (arid), semi -ringkai (semi -arid), sub-lembab kering(dry sub-humid), lembab (humid), dan dingin (cold). Lahan kering mencakup lahan pada zona ringkai sampai pada zona sub-lembab kering dengan kisaran nisbah P/Epot sebesar 0,05-0,65

    Mengapa lahan kering kepulauan?

    Indonesia merupakan satu satunya negara di dunia yang mempunyai lahan kering pada wilayah kepulauan ,yaitu bagian Timur NTB, seluruh wilayah NTT, dan wilayah selatan maluku. Lahan kering kepulauan indonesia berada digaris depan kerena berhadapan langsung dengan negara tetangga Australia dan Timor leste.

    ReplyDelete
  25. Permasalahan yang dihadapi:
    1.konsentrasi kebijakan pada subsistem prosuksi saja tidak menjamin strategis bagi ketahanan pangan masyarakat indonesia.
    2.Di tengah keberhasilan peningkatan kuantitas produksi pangan dalam tiga tahun terakhir, masih terjadi masalah rawan pangan disebagian besar wilayah indonesia
    3.Rawan pangan masih kerap terjadi pada wilayah yang didominasi oleh lahan kering, yaitu lahan pada wilayah dengan nisbah prespitasi atau evapotranpirasi potensial tahunan dalam kisaran 0,05-0,65

    ReplyDelete
  26. Pola pikir Petani lahan kering
    1.Nilai ekonomi yang ditawarkan oleh tanaman pangan introduksi tidak dapat dibandingkan dengan nilai sosial budaya yang melekat pada tanaman pangan lokal tradisional
    2.Dimensi berpikir masyarakat tani lahan kering bersifat linear" dari tangan ke mulut" atau sedikit bergeser menjadi" dari tangan ke mulut pasar", belum mampu untuk dipaksa berpikir dalam dimensi " dari tangan ke pasar ke mulut".
    3.Pada saat pasar sekarang menuntut orang untum berperspektif " berproduksi kerena bisa dijual" dan tidak lagi : menjual kerena bisa di produksi" para petani lahan kering masih berperspektif "berproduksi kerena bisa di makan".

    Tantangannya :
    1.lahan kering kepulauan seharusnya dipandang bukan sebagai kendala, melainkan sebagai potensi untuk pengembangan keunggulan komparatif.
    2.Untuk memanfaatkan lahan kering sebagai potensi pengembangan keunggulan komparatif ,diperlukan terobosan kebijakan
    3.kebijakan terobosan yang diperlukan tidak lagi bertumpu hanya pada upaya untuk meningkatkan produktifitas melalui peningkatan masukan sarana produksi, melainkan kebijakan yang dapat menyeimbangkan produktifitas, stabilitas, equitabilitas dan otinomi untuk menuju sustainabilitas dalam jangka panjang.

    ReplyDelete
  27. Pelestarian lingkungan berbasis nilai ekologis kearifan lokal dalam konteks kekinian perlu dilakukan secara integratif. Kearifan lokal merupakan warisan leluhur yang masih dipertahankan hingga saat ini oleh masyarakat yang menganutnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu strategi perlindungan dan pelestarian lingkungan alam yang sudah terbukti dalam upaya keberlanjutannya. Pentingnya internalisasi nilai-nilai ekologi dari kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan alam merupakan bentuk perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. Nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada masyarakat lokal penting untuk dipertahankan dan dirawat agar masyarakat memiliki tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan lingkungan alamnya serta menghormati hak-hak alam itu sendiri. Internalisasi nilai-nilai ekologi dalam kearifan lokal menjadi strategi yang tepat dalam pengelolaan lingkungan alam karena memberi kontribusi positif dalam mempertahankan pelestarian lingkungan alam. Adanya larangan, tabu dan mitos yang ada pada budaya masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan alam merupakan salah satu cara mempertahankan pelestarian lingkungan alam. Hal tersebut merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kearifan lokal tentu perlu dipertahankan jika mendukung upaya pelestarian lingkungan tetapi kearifan lokal dalam praktek budaya yang konsumtif (pesta dan ritual adat yang memakan biaya atau mengeksploitasi sumberdaya alam) harusnya dikurangi bahkan perlu untuk diganti dengan budaya baru yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.

      Delete
  28. Perekonomian NTT berbasis pertanian karena sebagian besar penduduknya masih bermata pencarian utama sebagai petani, petani-peternak, petani-nelayan, atau petani-agroforestri yang semuanya dilakukan pada umumhnya masih secara tradisional dengan tujuan utama untuk menghasilkan bahan pangan untuk konsumsi sendiri. Petani demikian dikenal sebagai peasant, bukan farmer. Karena lahan di NTT merupakan lahan kering dan sistem pertanian yang diterapkan merupakan sistem pertanian tebas bakar dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga maka tidak mengherankan bila pendapatan per kapita penduduk NTT masih rendah. Selain berpendapatan per kapita rendah, perekonomian penduduk NTT rawan menghadapi bencana kekeringan yang berpotensi menimbulkan ketidaktahanan pangan yang berdampak pada kurangnya asupan pangan, kekurangan gizi, dan kelaparan. Ketidaktahanan pangan selanjutnya berdampak terhadap tingginya angka stunting di NTT. Pendapatan per kapita yang rendah dan kerawanan dalam menghadapi bencana merupakan faktor penting yang mendeterminasi tingginya angka kemiskinan di NTT.

    ReplyDelete
  29. Ternyata kemiskinan diakibatkan banyak faktor, bukan hanya kondisi alam tetapi juga budaya dan kebiasaan hidup masyarakat. Untuk mengubahnya tentu perlu pendekatan yang benar-benar menjawab faktor penyebabnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya setuju dengan apa yang disampaiakan Ibu Nur. Ya benar bahwa ada faktor2 yang sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengubah itu. Hal ini akan diperparah dengan tidak adanya tindakan nyata serta solusi dari pihak terkait dalam meminimalisir masalah tersebut.

      Delete
    2. Kalau melihat kondisi SDA, indonesia sangat mempuni. polah pikir yang dibangun dari masa kemasa sepertinya perlu mendapatkan perubahan. sehingga yang kita lakukan saat ini adalah meningkatkan kualitas SDM.

      Delete
    3. saya setuju dengan pendapat ibu nuraini mengenai kemiskinan yang terjadi.

      Delete
  30. Ketika saya berpikir untuk bagaimana caranya kemiskinan dan kekeringan di NTT dapat diselesaikan, ada hal yang membuat saya sendiri bingung bagaimana ini bisa dilakukan kalau saja hanya para mahasiswa dan dosen yang berpikir dan memiliki kemauan. Tentunya mustahil untuk bisa dilakukan tanpa adanya mediasi dengan pemerintah dan masayarakat. dimana adanya keterbatasan yang hanya bisa dilakukan pemerintah sebagai pemegang komando. Untuk itu hal ini perlu di perhatikan oleh pihak pemerintah, sehingga semangat yang dibangun mahasiswa dan dosen dapat tersalurkan dengan baik, sehingga ilmu tidak hanya dipelajari, tetapi bisa di lakukan untuk membantu pemerintah dalam menjawab salah satu dari seribu masalah yang dihadapi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju dengan pendapat Pak Apolonaris, bahwa untuk membuat suatu perubahan yang cepat dan menyeluruh harus dimulai dari pemegang komando. Pemimpin yang visioner mampu membaca permasalahan yang dihadapi, menemukan solusi untuk mengatasinya dan mengeksekusi solusi tersebut. Namun kendala yang kita hadapi adalah proses politik/demokrasi transaksional sehingga sulit melahirkan pemimpin yang visioner di Indonesia.

      Delete
  31. Dari sekian banyak faktor penyebab kemiskinan, saya lebih condong pada masalah budaya atau kebiasaan hidup. Banyak contoh yang memperlihatkan bahwa negara yang sumber daya alamnya rendah dapat tampil menjadi negara maju karena budaya masyarakat yang maju. Sedangkan pada kasus lain, ada negara yang sumber daya alamnya melimpah tetapi masyarakatnya hidup miskin dan terbelakang. Oleh karena itu hal ini menjadi bahan introspeksi kita khususnya di NTT. Kita perlu mengkritisi budaya atau kebiasaan hidup mana yang masih boleh kita pertahankan dan mana yang sebaiknya segera kita tinggalkan agar kita bisa menjadi daerah yang maju

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul pak Martinus .... Itulah masyarakat kita ... semuanya sudah tersedia tapi etos kerja masih rendah sekali terutama di NTT. Kalau untuk urusan adat yang mengeluarkan biaya besar masyarakat kita mampu ... Memanga butuh waktu untuk merubah kebiaaan tersebut.

      Delete
    2. setuju pak, saya pikir budaya seperti masalah belis atau mahar "berjumlah besar" membuat masyarakat sulit keluar dari persoalan kemiskinan. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran serta penyesuaian terhadap budaya yang ada sehingga budaya tetap terjaga namun harus realistis terhadap kehidupan masyarakat dan bukan malah menyengsarakan kehidupan masyarakat, dan terus ada dalam persoalan kemiskinan.

      Delete
  32. Habitat Pohon beringin tumbuh di hutan-hutan tropis, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian hingga 600 m dpl. Beringin juga termasuk jenis pohon yang dapat tumbuh dan beradaptasi dengan tempat-tempat yang sulit, seperti misalnya di pegunungan kapur/karst. Perakaran beringin mampu menembus bebatuan dan celah-celah batu kapur. Beringin juga dapat beradaptasi dengan berbagai jenis tanah, mulai dari tanah liat, berpasir, asam, basa, basah ataupun tempat yang kering. Manfaat Pohon beringin banyak dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh di taman-taman kota ataupun di alun-alun. Sistem perakarannya yang dapat menyimpan air dengan baik juga membuat beringin dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi air dan ditanam di sekitar kawasan mata air atau sumber-sumber air. Dari fakta tersebut seharusnya di NTT khususny daerah-daerah yang kesulitan air sudah harus ada hutan ficus dan membentuk daerah tangkapan air agar sebagai dapat mengatasi kesulitan air ke depan.

    ReplyDelete
  33. Budaya / tradisi sebagai salah satu faktor penyumbang kemiskinan yang memang menjadi problem besar dalam kehidupan masyarakat NTT yang sangat kompleks dari sekian suku yang ada tentunya berbeda pula adatnya sehingga kemiskinan sulit terlepas dri kehidupan masyarakat.
    Salah satu contoh maslah belis ( kita bersama seperti apa rangkaiannya)

    Namun terlepas dari persoalan ini ada beberapa hal yang menurut saya bisa mengurangi kemiskinan yang berkaitan dengan adat kebiasaan yakni
    Idiologi cinta lingkungan dan dampak dari ketidak cintaan lingkungan terhadap kehidupan bermasyarakat.

    Karena ketika kita mencintai lingkungan maka lingkungan tentunya akan memberikan nilai ekonomi yg tinggi bagi kita sehingga mengurangi permasalahan kemiskinan.

    Salah satu contoh menanam pohon (ficus) pasti ada manfaat besar kedepan bagi penerus dari kestabilan lingkungan.
    Ada nilai ekonomi yang didapat

    ReplyDelete
  34. Tingginya radiasi cahaya matahari di daerah lahan kering mengakibatkan tingginya evapotranspirasi, rendahnya suplai oksigen (O2), dan salinasi / penggaraman di tanah. Cara mengatasi kendala tersebut dengan melakukan penghijauan, atau secara terintegrasi melakukan kegiatan pertanian dan perkebunan di lahan kering dapat mengurangi dampak tingginya radiasi cahaya matahari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. selain penghijauan,Konservasi air juga perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan, ketahanan pangan, kesejahteraan masyarakat, dan melestarikan sumber daya. Aspek terpenting konservasi air pada lahan kering di daerah tropis dilakukan dengan penutup tanah organic karena berpengaruh terhadapn neraca air, aktivitas biologi, peningkatan bahan organik, dan kesuburan tanah

      Delete
  35. persoalan kemiskinan yang dihadapi masyarakat NTT, masyarakat lahan kering ini terus saja menjadi pergumulan bersama. salah satu solusinya adalah melalui gerakan cinta lingkungan. adanya rasa peduli terhadap lingkungan misalnya dengan penanaman ficus (tanaman dengan sejumlah manfaat), secara tidak langsung perlahan memperbaiki alam dan merubah pola pikir dan pandang masyarakat terhadap lingkungan, sehingga berpikir untuk maju dan berkembang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sepakat bahwa kemiskinan dan lahan kering di NTT masih menjadi persoalan bersama, namun menggunakan ficus untuk mengatasi kemiskinan adalah jalan yang panjang karena manfaatnya itu butuh waktu dan penanaman harus dilakukan secara intens.

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
    3. setuju ibu eka...tanaman ficus hanya akan di nikmati generasi yang berikut. tp untuk saat ini belum ada mnfaat. maka diperlukan terobosan lain untuk mengatasi kemiskinan. harus di akui kalau sekarang pemerintah sdah bekerja keras untuk mengatsi kemiskinan.

      Delete
    4. Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang hadir pada setiap generasi. Apabila tidak segera di tangani maka angka kemiskinan akan semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di masa yang akan datang.

      Delete
  36. Sebenarnya kekeringan di wilah NTT merupakan anugrah dari tuhan tetapi kita tidak menyadarinya, kita cenderung berpikir untuk menanam tanaman yang bisa menghasilkan secara ekonomi namun tidak sesuai dengan iklim kita yang kering. Kenapa kita berpikir untuk menanam Cendana, harga cendana itu sangat luar biasa. Bayangkan saja orang tua di NTT menanam 1 pohon cendana saja untuk setiap satu anak yang lahir berapa banyak potensi kekayaan yang dimiliki oleh keluarga itu di masa depan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pohon Jati maupun Pohon cemara juga mendatangkan nilai ekonomi yang tinggi apabila di tanam dalam jumlah yang banyak karena dapat digunakan untuk membangun rumah maupun pembuatan meubelair

      Delete
  37. lahan di NTT merupakan lahan kering dan sistem pertanian yang diterapkan merupakan sistem pertanian tebas bakar dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga maka tidak mengherankan bila pendapatan per kapita penduduk NTT masih rendah. Selain berpendapatan per kapita rendah, perekonomian penduduk NTT rawan menghadapi bencana kekeringan (drought) yang berpotensi menimbulkan ketidaktahanan pangan (food insecurity) yang berdampak pada kekurangan asupan pangan (undernourishment), kekurangan gizi (malnutrition), dan kelaparan (hunger). Ketidaktahanan pangan selanjutnya berdampak terhadap tingginya angka stunting di NTT.

    ReplyDelete
  38. kemiskinan terjadi di sebab kan oleh bnyak faktor. hal yang sederhana masyarakat hanya tau merusak alam tapi tidak berpikir untuk mereboisasi kembali hutan - hutan yang telah di rusak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena masyarakat kita adalah masyarakat konsumtif yang hanya berpikir untuk menghabiskan tanpa mau tau apakah yang sudah dihabiskan itu akan punah atau dapat tumbuh kembali.

      Delete
    2. setuju pak, kerusakan lingkungan yang semakin parah ini diakibatkan alam dipandang sebagai serana, tambang kekayaan, sumber energi yang harus di ekploitasi bagi kehidupan manusia.

      Delete
    3. benar Pak, namun terlepas dari itu perlu adanya peran proaktif dari berbagai stekholder terhadap hal-hal yang terjadi

      Delete
  39. Penguasaan lahan pada umumnya berbentuk penguasaan bersama oleh kelompok-kelompok keluarga dalam satu kelompok etnik. Penguasaan lahan seperti ini dipandang sebagai menimbulkan kerusakan lingkungan karena setiap orang berusaha memperoleh manfaat sebesar-besarnya tanpa ada yang bersedia melakukan konservasi lahan.

    ReplyDelete
  40. Sebagian besar masyarakat di Nusa Tenggara Timur berprofesi sebagai petani, peternak dan nelayan. Kondisi wilayah yang kering menyebabkan lahan pertanian menjadi kering dan tandus, yang berpengaruh terhadap pendapatan dan penghidupan masyarakat. Sebagian besar kehidupan masyarakat di NTT masih berada dibawah garis kemiskinan

    ReplyDelete
  41. Merubah pola petani dari subsisten ke arah agribisnis. Minimal dapat membantu mengurangi kemiskinan. Hilangkan ego sektoral, ayo kita bangun dan jadikan NTT sebagai lumbung pangan sesuai potensi, yaitu Jagung

    ReplyDelete
  42. Aspek sosial budaya juga sangat dominan mendeterminasi ragan usaha pertanian lahan kering, bahkan dalam banyak contoh aspek sosial budidaya ini lebih dominan mendeterminasi corak usaha pertanian lahan kering dibanding aspek ekonomi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang merubah pola pikir masyarakat bukanlah hal yang muda tetapi perlu perhatian serius terhadap persoalan lahan kering di NTT peran kita, pemerintah, dan pemangku kepentingan untuk menyadarkan masyarakat yang ada NTT dengan cara sosialisasi tentang potensi Sumber daya Alam yang ada di Nusa Tenggara Timur

      Delete
  43. Berinvestasi dilahan kering, dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi manusia dan lingkungan serta pertanian yang ramah lingkungan dan hemat air bagi petani kecil adalah kunci untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan adaptasi petani kecil terhadap perubahan iklim, serta merehabilitasi lahan terdegradasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sependapat karena dilahan kering masyarakat bisa menanam untuk menunjang kebutuhan hidup mereka maka dari itu bisa menggurangi kemiskinan.

      Delete
  44. Penguasaan lahan kering yang ada di NTT suda menjadi budaya turun temurun dalam hal penguasaan bersama ini hampir semua daerah yang ada di NTT. contoh di sektor pertanian lahan kering oleh kelompok-kelompok keluarga dalam satu kelompok etnik. Penguasaan lahan seperti ini sering menimbulkan kerusakan lingkungan karena umumnya masyrakat NTT Dalam sistem pertanian lahan kering sering berpindah-pindah dan cara berternak juga melapas hewan peliharaan sehingga tidak memperhatikan aspek keberlajutan dari satu ekosistem yang ada lingkungan. Memang Cara-cara ini memang susah merubah pola pikir masyarakat NTT dan di butuhkan pedekatan yang baik supaya mengatasi lahan kering NTT.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pertanian lahan kering di NTT hanya bertani 1 musim yakni bertani padi ladang khsus yang tidak memiliki aliran irigasi. dengan demikian kegiatan pendampingan pertanian lahan kering perlu di lakukan secara bersama dan berkelompok dengan melihat potensi sumbberdaya lokal terutama potensi endemik yang di gunakan untuk dapat meningkatkan pendapatan pertanian. contoh seperti penanaman jambu mente, Kopi, jeruk dan Kakao. hal ini seperti dalam laporan IFAd dalam pendamingan di china dengan menanam potensi sumber day abuah yang terdapat di china dengan metode irigasi tetes dapat meningkatkan perekonomian pertani di china (kutip dalm tulisan Buku The Drylands Advantage
      Protecting the environment, empowering people)


      Delete
  45. Rendahnya produktivitas lahan kering di NTT disebabkan beberapa hal antara :lain Tingginya serangan hama dan penyakit, kendala iklim (curah hujan, distribusi hujan tidak merata), rendahnya tingkat penerapan teknologi di pertanian lahan kering baik pada tingkat penemuan inovasi maupun pada tingkat penggunaan inovasi pertanian lahan kering, pendidikan petani tidak menjawab persoalan di bidang pertanian lahan kering, biasnya kebijakan pembangunan pertanian. Untuk itu dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah untuk pengembangan pertanian lahan kering, memacu distribusi produk pertanian lahan kering, membangun kebanggaan dalam mengkonsumsi pangan produk pertanian lahan kering, pendidikan petani yang berbasis pertanian lahan kering, penentuan harga produk pertanian lahan kering yang berbeda dari produk pangan lainnya bila di kaitkan dengan pembangunan pertanian berkelanjutan, selain itu guna memacu petani meningkatkan produktivitas pertanian lahan kering di NTT, maka upaya reformasi agraria yang berpihak masyarakat petani perlu diberi prioritas sehingga member kepastian kepemilikan atas lahan pertanian dan petani terpacu untuk meningkatkan produksi pertanian yang akhirnya mendorong peningkatan daya dukung yang selanjutnya meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarga pada khususnya dan mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat di NTT.

    ReplyDelete
  46. Cara trasioanal yang digunakan oleh petani NTT dalam usaha cocok tanam dengan cara tradisional seperti membuka lahan dengan tebas bakar dan juga menanam pada lahan yang dianggap cukup subur untuk menopang kegiatan pertanian mereka dalam satu musim. Sehingga jika lahan tersebut sudah dianggap kurang subur mereka akan membuka lahan baru dan meninggalkan lahan yang lama. Kegiatan usaha tanam yang seperti ini menjadikan sebagian besar hutan alami habis ditebang dan mengakibatkan degradasi lahan yang berpengaruh pada pendapatan petani karena sebagian tanah sudah tidak dapat memberikan hasil yang baik lagi.


    ReplyDelete
  47. dalam tulisan IFAD " Keuntungan Lahan Kering, Melindungi lingkungan " Upaya memberdayakan manusia telah menjadi peluang dan potensi yang di gunakan IFAD dalam melakukan pendampingan pertanian dengan pendekatan kelompok petani berbasis potensi sumberdaya yang di miliki cukup sukses di China dengan cara pertanian tetses untuk jenis buah tertentu. NTT dapat mengadopsi juga model pertanian lahan kering dengan sistem Lahan kering, terlepas dari tingkat kekeringan relatifnya, mengandung berbagai macam keanekaragaman hayati, dengan banyak spesies dan habitat hewan dan tumbuhan hanya ditemukan di lahan kering dan memainkan peran penting dalam mata menjadi manfaat mata pencaharian pencaharian banyak penduduk di sekitar lahan kering (IUCN, 2012). Mereka juga penting untuk pengaturan iklim: menurut Penilaian Ekosistem Milenium (PBB, 2005, bab 22), total cadangan karbon organik dan anorganik tanah kering masing-masing membentuk 27 persen dan 97 persen, dari cadangan karbon global organik dan tanah anorganik global.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apakah menurut bapak dengan mengadopsi cara tersebut akan berhasil? Apabila benar2 berhasil bagaimana caranya mengajari warga NTT yang sudah terbiasa dengan budaya bertanam yang sudah turun temurun?

      Delete
  48. dengan pembangunan bendungan yang ada, memungkinkan produktifitas dari sektor pertanian akan mulai meningkat, menurut Bapak/Ibu apakah dengan pembangunan demikian mampu mendukung aktifitas Off-farm khususnya pada pulau Timor

    ReplyDelete
  49. Perlunya penyuluhan dan mengkampanyekan untuk masyarakat NTT tidak bergantung pada sumber daya alam darat karena wilayah NTT sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan kaya akan hasil lautnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut saya hal kegiatan penyuluhan dan mengkampayekan untuk masyakat NTT untuk tidak bergantung pada SDA darat merupakan hal yang kurang tepat. Sebagai masukan saja, sebaiknya bagaimana pemahaman tersebut dilakukan dibangku pendidikan. Dimana untuk masyarakat NTT yang hidup di daerah pedalaman dan yang bergantung pada hasil SDA darat yang perlu dilakukan penyuluhan agar SDA yang dikelola digunakan seefesien mungkin dan tetap dijaga kelestariannya hingga generasi yang akan datang. Sebagai contoh pemanfaatan hutan secara efisien dapat dilakukan dengan cara tebang pilih pohon, reboisasi setelah penebangan, dan konservasi wilayah hutan.

      Delete
  50. Perubahan paradigma perencanaan pembangunan dari paradigma berfokus pada upaya meningkatkan keluaran (outputs) menjadi paradigma yang semakin memperhatikan hasil (outcomes) dan dampak (impacts) merupakan suatu langkah yang sangat tepat untuk situasi saat ini. Namun dalam pelaksanaan sering kali terdapat kendala-kendala. Adakah langkah-langkah yang ditempuh guna meningkatkan kualitas belanja yang efektif dan efisien?

    ReplyDelete
  51. Apa saja dampak sosial dan ekonomi dari kesulitan petani dalam mengelola lahan kering akibat kekeringan di NTT?

    ReplyDelete
    Replies
    1. dampaknya terjadi kekeringan sehingga petani tidak bisa menanam sehingga banyak petani yang menjadi buruh bangunan untuk pekerjaan sampingan karena tidak bisa membiayai sekolah anak,dan belum ada upaya dari pemerintah daerah untuk mencari solusi terhadap kekeringan

      Delete
  52. Kekeringan mungkin sudah menjadi keseharian di NTT saat musim kemarau ,contohnya seperti lahan tepat blakang rumah dinas Gubernur NTT di kota Kupang yang mengering dengan rekahan tanah seleber 5cm - 10 cm,irigasi kering,hanya terlihat rumput ilalang

    ReplyDelete